Batik Our Love Story : Kisah Nia Dinata soal Batik

salam duaribuan…

Dalam rangka World Batik Summit 2011 yang telah berakhir minggu lalu, Nia Dinata memutar film dokumenter pertama Indonesia tentang batik dengan judul ‘Batik Our Love Story’.

Nia Dinata telah memikirkan film batik ini hampir 4 tahun lalu. Namun karyanya ini baru bisa rampung dan diputar bertepatan dengan World Batik Summit yang digelar di Jakarta Convention Center, Jakarta.

Film ini mengisahkan batik sebagai ekspresi cinta yang didedikasikan oleh para pembuatnya. Ditampilkan sejumlah pembuat batik legendaris dari beberapa sentra batik, seperti Pekalongan, Cirebon, Yogyakarta, Solo, Lasem, dan Madura.

Ada banyak kisah dibalik batik dan pembatikan di Indonesia. Dan 3 diantaranya dikisahkan dalam film bertajuk ‘Batik Our Love Story’. Mereka adalah Liem Poo Hien, Widianti Widjaja dan Soegeng Madmil.

Liem Poo Hien adalah orang Pekalongan. Ia tak hanya sekedar mewarisi rumah batik yang dibangun orangtua dan kakek neneknya. Ia juga menyerap semangat, ketekunan, dan kecintaan para perintis batik China peranakan dan batik hokokai itu hingga tetap bisa memproduksi batik sampai hari ini.

Hal yang sama dilakukan Widianti Widjaya yang meneruskan rumah batik Oey Soe Tjoen. Widianti ini bahkan masih mewarnai sendiri batik yang ia produksi tanpa sarung tangan. Ia beralasan jika menggunakan sarung tangan, ia susah merasakan kelendirian air keras pewarnanya.

Sugeng Madmil juga meneruskan usaha batik orangtuanya, ia mengisahkan minat orang untuk membeli batik koleksi yang ia warisi, di antaranya ada yang berumur 200 tahun. Hanya orang gila yang tidak butuh uang, katanya, tetapi kecintaan pada batik membuat Sugeng yakin tak akan pernah melepaskan batik-batik itu.

Setelah film ini, Nia ingin membikin film serupa tentang tenun serta masih banyak lagi rencana-rencana dan mimpi lainnya. Batik dan Indonesia. dua kata yang saling erat kaitannya…

salam duaribuan…